Selasa, 23 Maret 2010

Kultur Jaringan Tumbuhan: KULTUR IN VITRO BIJI TANAMAN JERUK

I. PENDAHULUAN


1.1 Tinjauan Pustaka
Jeruk merupakan komoditas pertanian yang penting saat ini dan menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan. Menurut Jumin (1997) permintaan jeruk terus meningkat karena harganya yang ekonomis dan banyak mengandung vitamin C, sehingga produksi jeruk belum mencukupi kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri. Hal ini merupakan tantangan dan peluang yang baik bagi para petani, pengusaha jeruk dalam meningkatkan produksi jeruk.
Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan dimana kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Di beberapa negara telah ada diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens, minuman dan untuk campuran kue dan dapat juga digunakan sebagai obat tradisional (Rukmana,2003).
Untuk meningkat produksi jeruk ini dibutuhkan bibit yang baik dan unggul untuk mendapatkan bibit unggul ini dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan. Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit yang baru (Suryowinoto,1996).
Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Menurut Gunawan (1988), arah pertumbuhan dan perkembangan atau regenerasi eksplan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: komposisi media serta jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan dan lingkungan tempat eksplan dikulturkan. Medium yang digunakan untuk membiakan potongan jaringan tersebut mengandung makanan berupa unsur – unsur hara makro dan mikro.
Penggunaan eksplan dari jaringan muda lebih sering berhasil karena sel-selnya aktif membelah, dinding sel tipis karena belum terjadi penebalan lignin dan selulose yang menyebabkan kekakuan pada sel. Gunawan (1995) menyatakan bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah : pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil. Menurut Wattimena (1992) perbedaan dari bagian tanaman yang
digunakan akan menghasilkan pola pertumbuhan yang berbeda. Eksplan tanaman yang masih muda menghasilkan tunas maupun akar adventif lebih cepat bila dibandingkan dengan bagian yang tua.
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyaratan untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan (Mahmoudzadeh and Kruif ,1992).
Unsur makro dan mikro digunakan dalam bentuk senyawa garamnya. Sedangkan vitamin yang berfungsi untuk pertumbuhan umumnya dari kelompok vitamin B (B1, B6 dan B12). Pembentukan embrio somatik atau penggandaan tunas memerlukan zat pengatur tumbuh dari jenis sitokinin dan auksin. Medium yang digunakan dapat berupa cairan atau padatan dengan menambahkan agar. Media dalam botol yang berisi potongan jaringan kemudian ditempatkan dalam ruang dengan suhu dan kelembapan ruang nisbi yang terkontrol (berAC), dengan pencahayaan 12 jam per hari yang berasal dari lampu neon dengan intensitas cahaya antara 3.000 – 10.000 luks (Mahmoudzadeh and Kruif ,1992).
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat dan merubah proses fisiologi tumbuhan (Abidin, 1995). Auksin dan sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang sering ditambahkan dalam media tanam karena mempengaruhi pertumbuhan dan organogenesis dalam kultur jaringan dan organ. Menurut Wattimena (1992) auksin sintetik perlu ditambahkan karena auksin yang terbentuk secara alami sering tidak mencukupi untuk pertumbuhan jaringan eksplan. Auksin mempunyai peranan terhadap pertumbuhan sel, dominasi apikal dan pembentukan kalus. Kisaran konsentrasi auksin yang biasa digunakan adalah 0,01 – 10 ppm.
Naphthalene Acetic Acid (NAA) adalah auksin sintetik yang sering ditambahkan dalam media tanam karena mempunyai sifat lebih stabil daripada Indol Acetic Acid (IAA). Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) IAA dapat mengalami degradasi yang disebabkan adanya cahaya atau enzim oksidatif. Oleh karena sifatnya yang labil IAA jarang digunakan dan hanya merupakan hormon alami yang ada pada jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan. Sedangkan NAA tidak mudah terurai oleh enzim yang dikeluarkan sel atau pemanasan pada proses sterilisasi.
Sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam mengatur pembelahan sel serta mempengaruhi diferensiasi tunas pada jaringan kalus. Menurut Mariska et al., (1987) Benzyl Adenine (BA) merupakan zat pengatur tumbuh sintetik yang daya rangsangnya lebih lama dan tidak mudah dirombak oleh sistem enzim dalam tanaman. BA dapat merangsang pembentukan akar dan pembentukan tunas.
Penambahan auksin dan sitokinin secara kombinasi telah berhasil dilakukan terhadap beberapa spesies tanaman. Welander (1997) dalam Asmirda (1993) membuktikan bahwa rasio NAA dan BA yaitu 10 : 1 efektif untuk induksi tunas dan akar Begonia sp. Wijono dalam Prahardini dan Sudaryono (1992) membuktikan bahwa penambahan 3 mg/l NAA dan 2 mg/l BA efektif untuk induksi kalus pepaya dan jumlah kultur perkalus meningkat dengan peningkatan NAA dari 1 mg/l – 3 mg/l.
Berdasarkan kebutuhan zat pengatur tumbuh untuk pembentukan kalus, maka dalam media tanam perlu ditambahkan auksin dan sitokinin. Interaksi kedua zat ini mempengaruhi pertumbuhan, morfogenesis dalam kultur sel, kultur jaringan dan organ. Konsentrasi dari kedua zat pengatur tumbuh ini sering mengendalikan bentuk dan jumlah pertumbuhan suatu kultur, baik pertumbuhan kalus atau organogenesis. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon eksplan daun tanaman jeruk manis secara invitro akibat pemberian NAA dan BA.

1.2 Alasan Mengkultur Biji
Pada praktikum kali ini bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah biji dari tanaman jeruk. Alasan menggunakan biji tanaman jeruk adalah karena biji tanaman jeruk bersifat poliembrioni dimana dalam satu biji terdapat lebih dari satu embrio. Pierik (1981) menjelaskan bahwa poliembrioni pada spesies Citrus sering terjadi dalam satu biji terdapat embrio zigotik (muncul dari penyatuan satu sel telur dan satu sel gamet jantan) dan sejumlah embrio yang dibentuk secara vegetatif (sehingga dikatakan embrio adventif). Embrio adventif ini beregenerasi dari sel – sel dalam jaringan nusellus dan integumen. Menurut Bhojwani (1983), sel – sel somatik tersebut mengalami pembelahan dan membentuk embrio tambahan. George dan Sherrington (1984) menambahkan bahwa embrio tambahan tersebut akan menghasilkan anakan secara genetik identik dengan tanaman induknya. Jadi dengan penanaman dan pemeliharaan poliembrio secara kultur jaringan akan diperoleh tumbuhan yang sifatnya sama dengan induknya. Menurut Hendaryono (1994), selain memperoleh bibit yang seragam dan mirip dengan induknya melalui teknik kultur jaringan diperoleh tanaman yang bebas terhadap penyakit.


II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, bulan November sampai Desember 2009, bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Botol-botol kultur, petridisk, pipet tetes, gelas uikur, becker glass, pinset, pisau, gagang scaple, aluminium foil, kertas penutup, karet gelang, lampu spiritus, hotplete, magnetik stirer, timbangan analitik, sprayer, autoclave, kertas tissu, pH uneversal, lampu UV, keranjang botol, selotif bening dan LAFC. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : biji tanaman jeruk (jeruk Brastagi, jeruk sunkist,dan jeruk Bali), medium MS dan kelengkapannya, mkyoinositol, agar, sukrosa, alkohol 96 %, detergen, air destilata steril, chlirox, HCL 0,1 N dan NaOH 0,1 N.

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Teknik sterilisasi
Pertama dilakukan sterilisasi terhadap alat dan bahan. Semua alat yang digunakan untuk pembuatan medium, alat diseleksi dan alat transfer yang akan digunakan disterilisasi dengan stoma. Untuk botol kultur, dicuci bersih dan direndam dalam larutan disenfektan selama 24 jam dan dikeringkan. Setelah itu dimasukkan ke dalam oven selama 24 jan dan siap digunakan. Selanjutnya dilakukan sterilisasi eksplan, pertama biji jeruk dibersihkan dengan detergen dan dibilas dengan air bersih yang mengalir selama 15-30 menit. Selanjutnya dilakukan sterilisasi di dalam LAFC, yaitu dengan mrendam biji jeruk ke dalam alkohol 70 % selama 1-2 menit, kemudian dibilas dengan air destilata 3-5 kali. Kemudian biji jeruk disterilisasikan lagi dengan meggunakan desinfektan 30 % selama 5 menit dan setelah itu dicuci lagi dengn air destilata 3-5 kali.

3.3.2. Teknik pembuatan medium
Pertama dilakukan penimbangan sukrosa sebanyak 15 gram dan agar sebanyak 3,5 gram. Kemudian diambil erlenmayer yang sudah steril dan diletakkan diatas hotplate yang belum dihidupkan. Kedalam erlenmayer tersebut dilakukan pengisian secara berturut-turut, yaitu 25 ml hara makro, 2.5 ml hara mikro , 2.5 ml zat besi dan zat pengkelat, 2.5 ml vitamin dan 5 ml myo inositol. Setelah semua komposisi tersesdbut dimasukkan ke dalam erlenmayer, lalu ditambahkan air sebanyak 462.5 ml dan dimasukkan magnetik stirer. Selanjutnya hotplate di hidupkan, dan dimasukkan sukrosa dan qagar yang sudah ditimbang sebekumnya. Setelah sukrosa dan agar homogen, dilakukan pengukuran pH. Jika pH masih dibawah 5.5 maka ditambahkan NaOH 0.1 N sampai pH menjadi 6. setelah pH mencapai 6, medium dibiarkan sampai masak. Setelah masak, medium terebut dimasukkan ke dalam botol kultur sebanyak 60 buah dan disimpan di dalam ruang kultur.








Gambar 1. Pembuatan Medium



3.3.3 Teknik Penanaman Eksplan.
Sebelum menanam, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi ruang tanam dengan menyemprotkan ruang tersebut dengan alkohol 70 %. Selanjutnya alat-alat transfer seperti pinset, pisau scaple, cawan petri, botol kultur, media dan alat lain yang dibutuhkan ditempatkan di dalamLAFC dan dilakukan penyinaran dengan lampu UV untuk sterilisasi lanjurtan selama 45-60 menit. Kemudian eksplan yang sudah disterilisasikan ditanam kedalam botol kultur yang telah berisi media tanam, lalu botol kultur ditutup dengan selotip bening dengan rapat dan kedap udara sehingga tidak terjadi kontaminasi pada hasil yang telah dikerjakan. Lalu botol-botol yang sudah ditanami eksplan ditempatkan diruang inkubasi selama 7 hari dan dilakukan pengamatan setiap minggu untuk mengetahui respon eksplan yang ditanam pada medium yang digunakan.








Gambar 2. Lamina Air Flow Cabinet
3.3.4 Pemeliharaan
Biji jeruk yang telah ditanam dalam botol kemudian disimpan dalam ruangan pertumbuhan. Dalam ruangan ini suhu diatur konstan dan juga dilengkapi dengan lampu yang bertujuan sebagai pengganti sinar matahari.





3.4 Parameter Pengamatan
3.4.1 Hari munculnya akar
Hari munculnya akar diamati seminggu sekali etelah diadakan praktikum kultur jarinngan tersebut. Yang diamati pada pertumbuhan akar yang muncul adalah panjang akarnya (cm) dan apakah poliembrio atau tidak

3.4.2 Penampakan Morfologis
Pengamatan morfologis pada masing-masing biji jeruk adalah melihat perkembangan luar dari tanaman biji tersebut, seperti bentuk biji mengkerut atau tidak, keadaan akarnya, bentuk bijinya sudah terbelah atau belum dan biji yang belum mengalami perubahan.

Gambar Pertumbuhan Biji Jeruk Sunkist









Gambar Pertumbuhan Biji Jeruk Brastagi


Gambar Pertumbuhan Biji Jeruk Bali Dengan Kulit Biji tidak Dibersihkan









Gambar Perkembangan Biji Jeruk Bali Dengan Kulit Biji Dibersihkan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan pada kultur in vitro berbagai jenis jeruk adalah sebagai berikut :
3.1. Jeruk Bali (Citrus grandis)
Tabel. 1 Eksplan Jeruk Bali (Citrus grandis) pengamatan tanggal 10 Desember 2009
No. Botol Eksplan Biji Jeruk Bali
Kode Biji Terbuka Kode Biji Tertutup
1 1 Mulai tumbuh tunas 1 Belum ada perubahan
2 Tunas mulai terlihat 2 Belum ada perubahan
3 Belum ada perubahan 3 Belum ada perubahan
2 1 Sudah tumbuh radikula warna coklat kekuningan 1 Belum ada perubahan
2 Sudah tumbuh radikula warna coklat kekuningan 2 Belum ada perubahan
3 Sudah tumbuh radikula warna coklat kekuningan 3 Belum ada perubahan
3 1 Sudah ada radikula berwarna putih 1 Belum ada perubahan
2 Radikula berwarna hijau dan menancap kemedium 2 Belum ada perubahan
3 Belum ada perubahan 3 Belum ada perubahan
4 1 Sudah ada tunas berwarna putih 1 Belum ada perubahan
2 Sudah ada tunas 2 Belum ada perubahan
3 Ada tunas 3 Belum ada perubahan
5 1 Sudah ada pertumbuhan radikula dan menancap ke medium 1 Belum ada perubahan
2 Radikula baru tumbuh dan masih kecil 2 Belum ada perubahan
3 Belum ada perubahan 3 Belum ada perubahan




Tabel. 2 Eksplan Jeruk Bali (Citrus grandis) pengamatan tanggal 17 Desember 2009
No. Botol Eksplan Biji Jeruk Bali
Kode Biji Terbuka Kode Biji Tertutup
1 1 Radikula tumbuh tegak lurus kebawah ± 1,5 cm. 1 Belum ada perubahan
2 Radikula sudah tumbuh tegak lurus kebawah ± 2 cm 2 Belum ada perubahan
3 Radikula tegak lurus ± 1,5 3 Belum ada perubahan
2 1 Panjang radikula ± 1 cm, warna radikula berwarna kehijauan. 1 Belum ada perubahan
2 Radikula sudah tumbuh ± 1,5 cm 2 Belum ada perubahan
3 Panjang radikula ± 2 cm 3 Belum ada perubahan
3 1 Radikula sudah tumbuh 1 Belum ada perubahan
2 Radikula sudah tumbuh dan menancap kemedium 2 Belum ada perubahan
3 Radikula sudah tumbuh berwarna hijau dan menancap kemedium ± 2 3 Belum ada perubahan
4 1 Tunas radikula sudah tumbuh menancap kemedium sampai kedasar botol ± 3,5 cm warna pangkal hijau kuning 1 Belum ada perubahan
2 Radikula sudah tumbuh tegak lurus kebawah ± 1,5 cm 2 Belum ada perubahan
3 Panjang radikula ± 0,7 cm 3 Belum ada perubahan
5 1 Radikula menancap kebawah ± 1,5 cm 1 Belum ada perubahan
2 Panjang radikula ± 2 cm 2 Belum ada perubahan
3 Radikula sudah tumbuh tegak lurus kebawah ± 1,5 cm, warna radikula berwarna kehijauan. 3 Belum ada perubahan

Dari table pengamtan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan biji jeruk bali yang dibersihkan kulit luarnya lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan kulit biji yang masih terdapat kulit luarnya. Hal ini dapat dilihat dari kemunculan tunas dan radikula pada biji jeruk bali yang dibersihkan kulit bijinya, sedangkan pada biji jeruk bali yang masih terdapat kulit bijinya tidak nampak terjadinya perkembangan dan pertumbuhan.

3.2. Jeruk Manis Beras Tagi (Citrus sinensis L.)
Tabel. 3. Eksplan Jeruk manis Beras Tagi (Citrus sinensis L.) pengamatan tanggal 10 Desember 2009
No. Botol Eksplan Biji Jeruk Beras Tagi
Kode Biji Terbuka Kode Biji Tertutup
1 1 Sudah tumbuh radikula berwarna hijau 1 Belum ada perubahan
2 Sudah tumbuh radikula 2 Belum ada perubahan
3 Sudah tumbuh radikula 3 Belum ada perubahan
2 1 - 1 Belum ada perubahan
2 - 2 Belum ada perubahan
3 - 3 Belum ada perubahan

Tabel. 3. Eksplan Jeruk manis Beras Tagi (Citrus sinensis L.) pengamatan tanggal 17 Desember 2009
No. Botol Eksplan Biji Jeruk Beras Tagi
Kode Biji Terbuka Kode Biji Tertutup
1 1 Poli embrio dengan banyaknya tunas yang tumbuh pada satu biji. Biji benar-benar terkelupas dari kulitnya, terdapat juga bakal radikula ± 0,5 cm 1 Belum ada perubahan
2 No 2 sama dengan no 1 yaitu poli embrio. Pada satu biji terdapat kotiledon hasil perkembangan muselus disebut juga dengan embrio somatis, terdapat juga bakal radikula ± 0,5 cm 2 Belum ada perubahan
3 - 3 Belum ada perubahan
2 1 - 1 Belum ada perubahan
2 - 2 Belum ada perubahan
3 - 3 Belum ada perubahan

Dari table pengamatn diatas dapat disimpulkan bahwa biji jeruk brastagi pertama kali muncul yang terlihat adalah Poli embrio dengan banyaknya tunas yang tumbuh pada satu biji. Biji benar-benar terkelupas dari kulitnya, terdapat juga bakal radikula ± 0,5 cm.

3.3. Jeruk Sangkis
Tabel. 3. Eksplan Jeruk sangkis (.........) pengamatan 10 Desember 2009
No. Botol Eksplan Biji Jeruk Sangkis
Kode Biji Terbuka Kode Biji Tertutup
1 1 Telah tampak bakal radikula berwarna putih panjang ± 0,5 cm 1 Belum ada perubahan medium agak cair
2 Panjang radikula ± 2,5, warna pangkal hijau tua dan tengah hijau muda 2 Belum ada perubahan medium agak cair
3 Telah tampak bakal radikula ± 0,5 cm 3 Belum ada perubahan medium agak cair
2 1 Bakal radikula telah muncul ± 1 cm 1 Belum ada perubahan
2 Panjang radikula ± 2 cm 2 Belum ada perubahan
3 Belum ada perubahan 3 Belum ada perubahan
3 1 - 1 Belum ada perubahan dan biji kerut
2 - 2 Belum ada perubahan dan biji kerut
3 - 3 Belum ada perubahan dan biji kerut
4 1 - 1 Belum ada perubahan dan biji kerut
2 - 2 Belum ada perubahan dan biji kerut
3 - 3 Belum ada perubahan dan biji kerut
Dari table pengamatan diatas dapat dilihat bahwa persentase hidup dari eksplan hasil kultur biji jeruk pada setiap perlakuan mencapai 100%. Hal ini menunjukkan eksplan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi sehingga dengan menumbuhkan pada media yang terdiri dari mineral, air dan gula eksplan mampu untuk hidup. Persentase hidup eksplan yang mencapai 100% ini sangat ditentukan oleh kondisi eksplan pada saat menanam dan media yang digunakan dalam kultur biji jeruk ini. Medium yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium MS dimana komposisi medium MS telah memenuhi syarat – syarat nutrisi untuk merangsang pertumbuhan sehingga eksplan dapat hidup dan tumbuh. Gunawan (1988), menyatakan bahwa medium MS merupakan medium dasar yang mengandung unsure hara esensial sebagai sumber energi dan vitamin yang dapat digunakan untuk semua jenis kultur jaringan.
Dari hasil praktikum diatas biji yang memberikan respon cepat terhadap pertumbuhan adalah biji yang dibersihkan kulit bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit bijinya lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia sehingga pertumbuhan dan perkembangan kalusnya akan baik dan dapat dengan cepat terjadinya organogenesis dari kalus ini. Pada biji yang masih terdapat kulit bijinya tidak tampak terjadinya perkembangan. Hal ini terjadi karena kulit biji dapat menghambat masuknya zat – zat hara mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Selain itu adanya kulit biji merupakan salah satu factor dormansi biji. Dormansi pada biji yaitu suatu penundaan pertumbuhan selama periode tertentu yang mana ketidakmampuan tumbuh ini salah satunya disebabkan oleh kondisi luarnya yang tidak sesuai. Dormansi juga dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti air, cahaya dan temperatur dan faktor dalam seperti adanya senyawa-senyawa tertenatu pada kulit biji yang bersifat sebagai penghambat dalam hal ini termasuk ABA (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2009).
Faktor yang menentukan keberhasilan kultur jaringan tumbuhan adalah media dan zat pengatur tumbuh. Medium yang digunakan untuk membiakkan potongan jaringan tersebut mengandung makanan berupa unsur-unsur hara makro dan mikro. Disamping itu , ke dalam medium juga ditambahkan sumber karbon yang berasal dari sukrosa dan gula,vitamin dan zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan sel untuk menjadi calon tanaman atau planlet (Dixon and Gonzales, 1994).
Unsur makro dan mikro digunakan dalam bentuk senyawa garamnya. Sedangkan vitamin yang berfungsi untuk pertumbuhan umumnya dari kelompok vitamin B (B1, B6 dan B12). Pembentukan embrio somatik atau penggandaan tunas memerlukan zat pengatur tumbuh dari jenis sitokinin dan auksin. Medium yang digunakan dapat berupa cairan atau padatan dengan menambahkan agar. Media dalam botol yang berisi potongan jaringan kemudian ditempatkan dalam ruang dengan suhu dan kelembapan ruang nisbi yang terkontrol (berAC), dengan pencahayaan 12 jam per hari yang berasal dari lampu neon dengan intensitas cahaya antara 3.000 – 10.000 luks (Willadsen, 1979).
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyaratan untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan (Willadsen, 1979).
Didalam medium yang digunakan untuk kultur jaringan mengandung zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kebanykan kultur jaringan, hanya auksin dan sitokinin yang sering digunakan. Khrisnamoorthy (1981) mengemukakan bahwa adanyan zat pengatur tumbuh secara langsung mempengaruhi aktifitas metabolisme dari sel –sel potongan jaringan yang sedang tumbuh.
Selain medium yang digunakan, keberhasilan kultur jaringan juga ditentukan oleh kondisi eksplan yang digunakan. Biasanya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah bagian dari tanaman yang muda, jaringan embrio seperti biji dan jaringan meristematik dari tanaman. Menurut Khrisnamoorthy (1981), daerah meristamatik mengandung relatif mengandung auksin, giberilin dan sitokinin yang tinggi dan biasanya dapat digunakan sebagai sumber eksplan karena sel yang membentuknya aktif membelah.
Potongan jaringan pada suatu medium dapat diketahui berdasarkan respon yang terjadi sepereti terbentuknya kalus, organogenesis atau embriogenesis. Perkembangan eksplan didalam botol kultur media menjadi planlet dapat terjadi melalui beberapa alur. Pada kultur biji jeruk, ada dua alur pembentukan embrio somatik, yaotu: pembentukan embrio somatik secara langsung dari sumber eksplan. Pembentukan embrio somatik pada jalur ini tidak melalui proses pembentukan kalus disebut juga direct somatic embriogenesis. Alur selanjutnya adalah pembentukan embrio somatik secara tidak langsung dari sumber eksplan, tetapi melalui pembentukan kalus terlebih dahulu disebut juga indirect somatic embryogenesis (George dan Sherrington, 1984).
Keberhasilan dari kultur biji jeruk ini dalam pembentukan tunas juga dipengaruhi oleh sifatnya yang poliembrioni. Poli embrio pada biji jeruk ini berasal dari jaringan integument dan nusellus. Menurut Pierik (1987), jaringan nusellus dari Citrus bisa digambarkan seperti kumpulan jaringan juvenile yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Heddy (1986), menyatakan bahwa jaringan nusellus merupakan jaringan meristematik yang kaya akan auksin sehingga tidak memerlukan tambahan auksin dari luar. Umur eksplan berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi. Umumnya eksplan yang berasal dari tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut.







IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan, yaitu:
a. Eksplan biji jeruk yang meperlihatkan perkembangan yang cepat adalah eksplan pada biji yang dibersihkan kulit bijinya.
b. Pada biji jeruk yang masih terdapat kulit bijinya pertumbuhan lambat terjadi, hal ini dikarenakan kulit biji menghambat penyerapan unsur hara dan mineral yang penting untuk perkembangan.
c. Tingkat keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh bagian tanaman yang digunakan, medium yang digunakan serta pemberian zat pengatur tumbuh.

4.2 Saran
Pada praktikan disarankan agar lebih hati – hati dalam melakukan penanaman serta sesuai dengan petunujuk agar tidak terjadi kontaminan yang dapat mengakibatkan kegagalan dari praktikum.












DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1985. Dasar – Dasar Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa: Bandung

Asmirda. 1993. Respon Pertumbuhan Potongan Jaringan Daun Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) pada Medium Murashige dan Skoog dengan Penambahan 2,4 – D, NAA dan BA. Tesis Sarjana Biologi Universitas ANdalas: Padang

Bhojwani, s.s and M. K. Razdan. 1983. Plant Tissue Cultur Theori and Practices. Elvisier Science Publishing Company Inc: New York

Dixon, R. A and R. A. Gonzales. 1994. Plant cell Culture. Apractical Approach Second Edition. Oxford University Press: Oxford.

George, E.F and P. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Hand Book and Directory of Commercial Aplication. Academik Press: New York

Gunawan, I.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laborartorium Kultur Jaringan PAU. Bioteknologi. IPB: Bogor

Gunawan, I.W. 1995. Teknik In vitro Dalam Hortikultura. Penerbit Swadaya: Jakarta

Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuh. Grafindo Persada: Jakarta

Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur jaringan Perbanyakan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Kanisius: Yogyakarta

Jumin, H.B. 1997. Perkembangan Baru Dalam Breeding Citrus Suatu Tinjauan Bioteknologi. UIR Press. Pekanbaru.

Krishnamoorthy. 1981. Plant Growth Substances. Application dan Agriculture. Tata M.C. Graw Hill Book Co. New York

Mariska, I., 1987. Konsepsi pelestarian plasma nutfah dengan baikan in vitro. Edisi Khusus Littro 3 (1): 22 - 27.

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martius Nijhoff Publisher. Dordrecht

Rukmana, R dan Y. Yuniarsih. 2003. Usaha Tani Jeruk Keprok. Aneka Ilmu. Semarang

Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta.

Wattimena, G.A. 1992. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. IPB. Bogor

Willadsen, S.M. 1979. A method for culture of micromanipulated sheep embryos and its use to produce monozygotic twins. Nature, 277:298-300

Tidak ada komentar:

Posting Komentar